Persaingan Sehat Dalam Arsitektur ASEAN


Dalam beberapa dekade sejak berdirinya Asosiasi Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) telah mengalami sejumlah transformasi dalam membangun struktur regional Asia Tenggara. ASEAN didirikan berdasarkan deklarasi Bangkok oleh Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand pada 8 Agustus Agustus 1967.
Ketika berdiri organisasi itu bertujuan meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, dan pengembangan kebudayaan negara-negara anggotanya serta memajukan perdamaian di tingkat regional.

ASEAN terus berkembang dan semakin kuat dengan jumlah anggota bertambah menjadi 10 negara di Asia Tenggara, termasuk Brunei Darussalam, Myanmar, Kamboja, Laos dan Vietnam.
Pada 2003, konferensi tingkat tinggi kesembilan, ASEAN mengumumkan niatnya untuk menciptakan komunitas ASEAN berdasarkan tiga pilar. Yakni, komunitas keamanan ASEAN, komunitas ekonomi ASEAN, komunitas  sosial budaya ASEAN. 

Proses pembentukan komunitas ASEAN bertujuan memelihara perdamaian dan keharmonisan di antara anggota. Sekarang seiring dengan pesatnya globalisasi dan bangkitnya perekonomian negara-negara besar dan berkembang, pembangunan komunitas ASEAN beralih kepada mengatasi meningkatnya persaingan politik dan ekonomi global.

ASEAN telah memainkan sebuah peran sentral dalam proses pertumbuhan regional kawasan Asia. ASEAN membawa sejarah dengan menyediakan sebuah tempat untuk mendiskusikan berbagai isu-isu kontroversial dalam komunitas internasional.

ASEAN berbeda dengan puluhan tahun sebelumnya, negara-negara anggota ASEAN mulai menunjukkan ketergantungannya guna memperkuat kerangka Komunitas ASEAN 2015. ASEAN menetapkan peta jalan terwujudkan Komunitas ASEAN melalui realisasi konektivitas infrastuktur meliputi transportasi, teknologi komunikasi informatika, energi dan konektivitas kelembagaan serta antarwarga negara.

Tahun 2011 menjadi momen penting bagi Indonesia dengan terpilihnya menjadi ketua ASEAN. Tema keketuaan Indonesia adalah “komunitas ASEAN dalam sebuah komunitas global bangsa-bangsa. Indonesia menetapkan 3 visi.

Pertama, menjaga keberlangsungan proses menuju pembentukan komunitas ASEAN 2015. Kedua, komunitas ASEAN akan menjadi inti dari pengembangan arsitektur kawasan, suatu tatanan regional yang mengedepankan “ekuilibrium dinamis”. Ketiga, Indonesia juga akan terus berupaya mewujudkan suatu People-Oriented and People-Centered ASEAN.

Meski demikian ASEAN masih memiliki tantangan substansial dalam integrasi Asia Tenggara. Isu-isu seperti sengketa perbatasan dan konflik teritorial di Laut China Selatan masih menjadi ujian untuk memperkuat kerangka ASEAN sebagai mekanisme resolusi konflik.

Pada awal 2011, Thailand dan Kamboja terlibat sengketa perbatasan di wilayah kuil kuno Kuil Preah Vihear, dekat batas wilayah Thailand dan Kamboja. Kedua negara bertetangga itu mengalami bentrokan senjata hingga menewaskan 18 jiwa, mengguncang stabilitas keamanan regional ASEAN.

Indonesia, sebagai ketua, dipercaya memediasi dialog bilateral guna menghentikan krisis diplomasi kedua negara. Sayangnya, Indonesia gagal membawa terobosan dengan kedua negara bersikukuh mempertahankan  prinsip kedaulatan masing-masing. Hingga akhirnya perselisihan itu dibawa ke Pengadilan Tinggi Perserikatan Bangsa-Banga dengan vonis kedua negara menarik mundur pasukan militernya dari wilayah perbatasan Kuil Preah Vihear, Juli 2011.

Konflik teritorial di Laut China Selatan juga masih mengancam dengan Tiongkok, Vietnam, Filipina meningkatkan keberadaan militernya di perairan kaya minyak dan gas itu. Filipina bersama aliansinya Amerika Serikat memperkuat kerjasama angkatan laut untuk menunjukkan kekuatan kepada Tiongkok. Sementara Tiongkok menolak internasionalisasi sengketa Laut China Selatan.

Keberlangsungan komunitas keamanan ASEAN akan sangat ditentukan oleh bagaimana ASEAN mengatasi tantangan regional dan sengketa perbatasan guna membangun stabilitas. Selama ini, ASEAN dinilai berhasil dalam mekanisme membangun rasa saling percaya (confidence building measure) di kawasan, termasuk ketaatan negara-negara anggotanya pada kode etik (code of conduct), dalam menyelesaikan konflik dengan cara-cara damai sebagaimana yang tertuang di dalam Treaty of Amity and Cooperation (TAC). Namun, ASEAN belum mampu menyelesaikan konflik internalnya sendiri.

Meski demikian, optimisme menuju komunitas ASEAN masih terbuka lebar. Sekretaris Jenderal ASEAN Surin Pitsuwan mengatakan ASEAN telah menjadi salah satu organisasi regional sangat penting di dunia. ASEAN berhasil membuat perbedaan dan kontribusi dalam komunitas dunia tercermin dari cara ASEAN mengelola perekonomian dan masalah hubungan di Asia Tenggara dengan semua negara dalam komunitas global.

“ASEAN menjadi sangat penting di dunia. Semua pihak mencari kita untuk bekerjasama, meminta bantuan, dan asisten. Dalam waktu yang sama semua tekanan dan tantangan berhasil dikelola melalui dialog,” ucapnya.    

Dominasi Medali 

Dalam Komunitas sosial budaya ASEAN dibangun melalui pertukaran kebudayaan dan penyelenggaraan olahraga regional. Perlehatan pesta olahraga negara-negara asia tenggara (Sea Games) menjadi salah satu intrumen penting mewujudkan komunitas sosial budaya berlandaskan People-Oriented and People-Centered ASEAN  dalam kebersamaan dan persaudaraan masyarakat ASEAN.

Sea Games berakar dari Southeast Asian Peninsular games (SEAP Games) yang pertama kali dilaksanakan di Bangkok pada 1959 diikuti oleh 6 negara pelopor yakni Thailand, Burma (Myanmar), Malaysia, Laos, Vietnam dan Kamboja. SEAP diselenggarakan bertujuan mempererat kerjasama, pemahaman dan hubungan antarnegara di kawasan Asia Tenggara.

SEAP pertama kali mempertandingkan 12 cabang olahraga dan sepakati diselenggarakan setiap dua tahun sekali. SEAP kemudian berubah menjadi Sea Games dengan anggota semua negara anggota ASEAN pada 1977 dengan Timur Leste masuk pada 2003. Sea Games  di bawah naungan Federasi Olahraga Asia Tenggara dengan pengawasan Komite Olimpiade Internasional dan Dewan Olimpiade Asia. Pada 11-15 November 2011 Sea Gemes ke-26 digelar. Sea Games 2011 menjadi ajang penting guna mempererat kembali persaudaraan antarabangsa.

Sekretaris Jenderal ASEAN, Surin Pitwuwan menekankan Sea Games akan memberikan keuntungan dan memperkuat komunitas ASEAN. Diutarakannya Sea Games telah menjadi salah satu identitas ASEAN. Seluruh dunia akan melihat Sea Games.

“Sea Games akan semakin menguntungkan dan berkontribusi pada indentitas dan komunitas ASEAN. Akan ada banyak pihak yang menghadiri kompetisi olahraga regional ini,” ucapnya.

Kompetisi olahraga regional Asia Tenggara itu diharapkan dapat membangun semangat sportifitas, kerjasama, keakraban, persahabatan dan persaudaraan antarbangsa ASEAN. Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa mengharapkan Sea Games bisa memperkuat komunitas ASEAN, sebuah komunitas yang tidak hanya dibangun di kalangan elit politik, pebisnis tapi juga seluruh masyarakat ASEAN.

“Sea Games adalah kegiatan yang meski sifatnya kompetitif, sifatnya mempersatukan oleh semangat sportifitas dan saling menghormati antarolahragawan,” tandasnya.

Akan tetapi, ajang kompetisi regional Asia Tenggara yang semula bertujuan menjalin persahabatan dan kebersamaan, kini telah dipertanyakan kredibilitasnya. Sea Games diperbandingkan sama seperti sebuah “pasar” di mana negara partisipan melakukan tawar menawar nomor pertandingan atau medali yang disiapkan.

Hampir dalam setiap penyelenggaraan Sea Games, negara tuan rumah berusaha mendominasi medali dengan memotong nomor pertandingan yang menguntungkan negara lain. Sekaligus menambah nomor pertandingan yang akan menguntungkan negaranya.

Strategi itu telah menguntungkan Thailand dalam Sea Games 2007. Thailand telah menambahkan sejumlah ketegori baru olahraga sepak takraw. Thailand menggunakan bola baru yang telah digunakan atlit mereka selama setahun, tapi tidak pernah digunakan oleh negara lain. Thailand pun memenangkan hampir semua medali emas dari setiap set pertandingan. Pada Sea Games 2005 Filipina menambahkan seni bela diri tongkat dengan 14 nomor medali, Filipina memenangkan 13 medali emas.

Strategi mendominasi medali dengan menghapus dan menambah nomor pertandingan telah menjadi masalah serius yang dialami dalam setiap Sea Games. Sea Games ke-26 pun dipenuhi dengan kontroversi dengan Indonesia, sebagai tuan rumah, mengumumkan enam olahraga baru yang tidak populer yakni bridge, parasut, roller skate, shorninji, kempo, panjat tebing dan vovinam. Semua olahraga itu total hampir mencapai 60 nomor medali dinilai akan memberikan keuntungan bagi Indonesia untuk mendominasi medali. 
Indonesia juga dikecam karena menghapus sejumlah nomor medali yang menguntungkan negara lain di cabang olah raga billiar, erobik, tembak, kapal layar, pentaque dan tenis meja, dan sebagainya. Dalam Sea Games jumlah nomor yang dipertandingan disepakati 545 nomor pertandingan dari 43 cabang olahraga. 
Dewan Olahraga Malaysia memprotes penghapusan sejumlah nomor pertandingan dan mengancam hanya akan mengirim atlit cadangan dalam Sea Games ke-26. Direktur Jenderal Dewan Olahraga Malaysia, Datuk Zolkples mengomentari, menghapus sejumlah nomor pertandingan secara langsung mempengaruhi kesempatan Malaysia memperoleh medali.
“Mengapa kami harus membuang waktu dan uang untuk mengirim atlit terbaik kami bila hanya memperoleh hasil sedikit,” tandasnya.

Sekretaris Jenderal Komite Olimpiade Malaysia, Datuk Sieh Kok Cho menegaskan bila tuan rumah Sea Games bersikukuh memasukkan olahraga favorite mereka, standar Sea Games akan menurun menjadi hanya sebuah festival ASEAN.

Sea Games 2011 menjadi penentu keberhasilan ASEAN sekaligus Indonesia sebagai ketua ASEAN 2011 dan tuan rumah Sea Games ke-26. Pesta olahraga negara-negara Asia Tenggara diharapkan tidak hanya sekedar festival ASEAN semata, melainkan bertujuan  mendongkrak kapasitas dan profesionalitas para atlit negara-negara ASEAN. Sekaligus mempererat hubungan persahabatan dan persaudaraan antarabangsa ASEAN, bukan menjadi ajang kompetisi untuk mendominasi medali guna menunjukkan superioritas sebuah negara. 

Pengamat Internasional Bantarto Bandoro menuturkan Sea Games peluang menunjukkan ASEAN bersatu tidak hanya dalam bidang politik, ekonomi tetapi juga sosial, budaya dan bangsa Asia Tenggara. Penyelenggaran Sea Games secara keseluruhan akan mempengaruhi profil ASEAN dan citra Indonesia di dunia internasional.

Dalam pembukaan Sea Games pada 11 November ini akan dihadiri enam kepala negara dan 6.000 atlit dari 11 negara Asia Tenggara. Sea Games 2011 dipastikan membuka atmosfir baru dalam komunitas ASEAN dengan semangat sportifitas dan persahabatan arsitektur ASEAN.  Sea Games diharapkan menghormati profesionalisme dengan menjunjung tinggi kode etik olahraga. [ Daurina Lestari Sinurat ]


Comments

Popular Posts