Korea Selatan Siaga Tinggi

Korea Selatan bereaksi terhadap berita kematian pemimpin Korea Utara Kim Jong Il, dengan kekhawatiran ketidakstabilan peralihan kekuasaan di Korea Utara. Rapat darurat dewan keamanan pun digelar menyangkut transisi kekuasaan kepada putra Kim Jong  Il, Kim Jong Eun, dapat menyebabkan serangan baru di Semenanjung Korea, yang saat ini dalam periode relatif damai.

Presiden Korea Selatan Lee Myung Bak memerintahkan semua pejabat pemerintahan dalam status “respon darurat”. Militer Korea Selatan juga menaikkan tingkat kewaspadaan menjadi siaga tinggi.

Lee Myung Bak mendesak semua rakyat tetap tenang dan menekankan pentingnya kerjasama dengan negara-negara tetangga. Presiden Korea Selatan sejak 2008 itu meminta masyarakat pergi melakukan kegiatan sehari-hari tanpa rasa takut. Sementara pasar keuangan Korea turun tajam karena kekhawatiran eskalasi ketegangan politik dan militer.

“Kita harus melakukan yang terbaik untuk menjamin perdamaian dan stabilitas di semenanjung Korea dan memelihara kerjasama yang erat dengan masyarakat internasional,” kata Lee.

Lee segera melakukan pembicaraan dengan sejumlah pemimpin negara regional termasuk Presiden Amerika Serikat Barack Obama. Kekhawatiran transisi pemerintahan Korea Utara bahwa Kim Jong Eun, berusia 28 tahun, mencuat karena "penerus besar" itu dinilai belum siap mengambil kekuasaan setelah kematian mendadak ayahnya.

Korea Selatan dan Korea Utara saat ini dalam situasi perang dingin setelah berakhirnya perang semenanjung Korea pada 1953. Pada 2010 lalu terjadi baku tembak dengan Korea Utara di kepulauan perbatasan Korea Selatan hingga menewaskan dua tentara Korea Selatan dan puluhan rumah terbakar.

Lee Myung bak telah menjadi Presiden Korea Selatan sejak 25 Februari 2008. Pria berusia 70 tahun itu pernah menduduki posisi sebagai Presiden Direktur Hyundai Konstruksi dan walikota ibukota Seoul. Selama kepemimpinannya, Lee telah mengubah pendekatan pemerintah Korea Selatan kepada Korea Utara daripada menggunakan strategi keras. Politisi Partai Nasional Raya itu juga mendukung regional dialog dengan Rusia, Tiongkok dan Jepang. Dia telah meningkat peran dan pengaruh Korea Selatan di dunia hingga membawa Korea Selatan menjadi tuan rumah Piala Dunia dan Konferensi Tingkat Tinggi negara-negara ekonomi besar G-20.

Lee lahir pada 19 Desember 1941 memperoleh pendidikan dari Korea Universitas. Ketika kuliah, Lee menjabat sebagai Presiden dewan mahasiswa dan berpartisipasi dalam demonstrasi menentang Presiden Park Chung Hee terkait masalah ganti rugi kolonialisasi Jepang di semenanjung Korea. Aksi itu menyebabkan ia didakwa melakukan pemberontakan dan dihukum penjara selama tiga tahun dan masa percobaan lima tahun oleh Mahkamah Agung Korea.  [Wall Street Journal/D-11]

Comments

Popular Posts