Pemilu Mesir: Pertarungan Islamis dan Militer
![]() |
Ikhwanul Muslimin berkumpul membawa poster kandidat presiden Mohammed Morsi |
Keluarnya Morsi dan Shafiq sebagai pemenang semakin
mempolarisasi dukungan karena Mesir harus memilih antara kandidat Islamis garis
keras atau seorang veteran militer rezim Hosni Mubarak. Hasil pemilu akan
diumumkan secara resmi, pada Selasa depan.
“Sekarang, rakyat Mesir harus memilih antara revolusi dan
kontra-revolusi,” kata seorang pemimpin Ikhwanul Muslimin, Mohammed
Beltagy.
Morsi dan Shafiq diperkirakan akan maju ke putaran kedua
pada 16-17 Juni nanti. Sementara Amr Mussa, kandidat presiden yang sebelumnya
diunggulkan, hanya mendapatkan 11 persen suara dan kandidat independent Abdel
Fotouh meraih 17,9 persen.
Ikhwanul Muslimin memperingatkan bahwa Mesir akan dalam
bahaya jatuh ke tangan diktator bila Shafiq menang. Shafiq telah sukses muncul
mengguncangkan pengaruh gerakan Islamis. Dia berjanji akan mengembalikan
ketertiban dan hukum di Mesir, setelah Mesir dipenuhi gejolak kekerasan
pascapenggulingan Hosni Mubarak.
“Slogan saat ini adalah bangsa ini berada dalam bahaya.
Revolusi berada dalam bahaya, kita perlu memiliki sebuah negara demokratis,
Shafiq menentang demokrasi,” kata wakil kepala Ikhwanul Muslimin Essam
al-Erian.
Ikhwanul Muslimin memulai pertemuan dengan berbagai kandidat
presiden dan kelompok politik untuk membahas cara menghadapi pemilu putaran
kedua. Erian menekankan bahwa kerjasama dengan berbagai kelompok politik dan
sosial ekonomi menjadi prioritas utama Ikhwanul Muslimin. Pertemuan akan
dilaksanakan Sabtu ini.
“Pertama, kami memanggil Aliansi demokratis selama pemilu
parlemen, yang membawa kami berkumpul bersama dari 40 partai berbeda. Kami
menyerukan semua kekuatan politik dan nasional untuk bersatu melindungi
revolusi dan mencapai janji kami atas bangsa besar kita ini,” ucapnya.
Hasil penghitungan suara pemilu putaran pertama telah
mengejutkan banyak rakyat Mesir. Juru bicara Partai Pembebasan Mesir, Ahmed
Kairy menyebutkan hasil itu merupakan skenario terburuk. Dia menggambarkan
Morsi sebagai “Islamis fasis” dan Shafiq sebagai “militer fasis”. Banyak, bangsa Mesir menghadapi dilema yang sama. Tidak ada
figur yang mewakili jalan reformasi tanpa militer atau hukum ketat Islam.
“Bila ada Islamis berkuasa di Mesir, kami akan memprotes,
melawan, berdebat dan mengajukan gugatan hukum, melaksanakan demonstrasi.
Namun, bila militer berkuasa maka tidak akan ada tempat untuk negosiasi,” kata
seorang pemilih Ahmed Maher.
Shafiq telah berjanji akan mengembalikan ketertiban dan
hukum di Mesir dalam 24 jam. Dia menegaskan akan menghancurkan setiap bentuk
aksi protes baru, bila itu melanggar hukum, dan tidak akan ragu mengirim
tentara dan polisi.
“Kami tahu bahwa Ikhwanul Muslimin mencuri revolusi dari
kamu muda. Program kami adalah tentang masa depan. Ikhwanul Muslimin adalah
tentang kekaisaran Islam, itu bukan
panggilan revolusi,” kata juru bicara, Shafiq, Ahmed Sarhan. [AFP/AP/D-11]
Comments
Post a Comment
, ,