Pemilu Mesir: Pertarungan Islamis dan Militer


Ikhwanul Muslimin berkumpul membawa poster kandidat presiden Mohammed Morsi
[KAIRO] Ikhwanul Muslimin mendesak bangsa Mesir untuk menggalangkan dukungan kepada kandidatnya Mohammed Morsi, yang dipastikan akan keluar sebagai pemenang pemilu presiden putaran pertama. Hasil seluruh penghitungan suara menunjukkan Morsi menang tipis dengan memperoleh dukungan 25,3 persen suara. Sementara di urutan kedua ditempati oleh Ahmed Shafiq, mantan perdana menteri Hosni Mubarak, dengan 24 persen suara, Jumat (25/5).

Keluarnya Morsi dan Shafiq sebagai pemenang semakin mempolarisasi dukungan karena Mesir harus memilih antara kandidat Islamis garis keras atau seorang veteran militer rezim Hosni Mubarak. Hasil pemilu akan diumumkan secara resmi, pada Selasa depan.
“Sekarang, rakyat Mesir harus memilih antara revolusi dan kontra-revolusi,” kata seorang pemimpin Ikhwanul Muslimin, Mohammed Beltagy.  
Morsi dan Shafiq diperkirakan akan maju ke putaran kedua pada 16-17 Juni nanti. Sementara Amr Mussa, kandidat presiden yang sebelumnya diunggulkan, hanya mendapatkan 11 persen suara dan kandidat independent Abdel Fotouh meraih 17,9 persen.  

Ikhwanul Muslimin memperingatkan bahwa Mesir akan dalam bahaya jatuh ke tangan diktator bila Shafiq menang. Shafiq telah sukses muncul mengguncangkan pengaruh gerakan Islamis. Dia berjanji akan mengembalikan ketertiban dan hukum di Mesir, setelah Mesir dipenuhi gejolak kekerasan pascapenggulingan Hosni Mubarak.  
“Slogan saat ini adalah bangsa ini berada dalam bahaya. Revolusi berada dalam bahaya, kita perlu memiliki sebuah negara demokratis, Shafiq menentang demokrasi,” kata wakil kepala Ikhwanul Muslimin Essam al-Erian.
Ikhwanul Muslimin memulai pertemuan dengan berbagai kandidat presiden dan kelompok politik untuk membahas cara menghadapi pemilu putaran kedua. Erian menekankan bahwa kerjasama dengan berbagai kelompok politik dan sosial ekonomi menjadi prioritas utama Ikhwanul Muslimin. Pertemuan akan dilaksanakan Sabtu ini.
“Pertama, kami memanggil Aliansi demokratis selama pemilu parlemen, yang membawa kami berkumpul bersama dari 40 partai berbeda. Kami menyerukan semua kekuatan politik dan nasional untuk bersatu melindungi revolusi dan mencapai janji kami atas bangsa besar kita ini,” ucapnya.
Hasil penghitungan suara pemilu putaran pertama telah mengejutkan banyak rakyat Mesir. Juru bicara Partai Pembebasan Mesir, Ahmed Kairy menyebutkan hasil itu merupakan skenario terburuk. Dia menggambarkan Morsi sebagai “Islamis fasis” dan Shafiq sebagai “militer fasis”. Banyak, bangsa Mesir menghadapi dilema yang sama. Tidak ada figur yang mewakili jalan reformasi tanpa militer atau hukum ketat Islam.
“Bila ada Islamis berkuasa di Mesir, kami akan memprotes, melawan, berdebat dan mengajukan gugatan hukum, melaksanakan demonstrasi. Namun, bila militer berkuasa maka tidak akan ada tempat untuk negosiasi,” kata seorang pemilih Ahmed Maher.
Shafiq telah berjanji akan mengembalikan ketertiban dan hukum di Mesir dalam 24 jam. Dia menegaskan akan menghancurkan setiap bentuk aksi protes baru, bila itu melanggar hukum, dan tidak akan ragu mengirim tentara dan polisi.
“Kami tahu bahwa Ikhwanul Muslimin mencuri revolusi dari kamu muda. Program kami adalah tentang masa depan. Ikhwanul Muslimin adalah tentang kekaisaran Islam, itu bukan  panggilan revolusi,” kata juru bicara, Shafiq, Ahmed Sarhan. [AFP/AP/D-11]

Comments

Popular Posts