Uni Eropa Beresiko Alami Perpecahan
[PRANCIS] Uni Eropa diambang perpecahan setelah Prancis dan
Yunani menunjukkan sikapnya menentang perjanjian pengetatan fiskal yang
mengikat semua negara anggota Uni Eropa. Uni Eropa akan menggelar pertemuan
darurat begitu presiden terpilih Prancis Francois Hollande resmi dilantik.
Hollande ditekan oleh Uni Eropa dan Jepang untuk tetap berkomitmen dalam pakta
fiskal Uni Eropa, Selasa (8/5).
Hollande telah menuntut perubahan pakta fiskal Uni Eropa
yang memaksa 27 anggota Uni Eropa melakukan pemotongan anggaran atau mendapat
sanksi. Namun, Kanselir Jerman, Angela Merkel membela kebijakan ekonomi Uni
Eropa itu dengan menyatakan bahwa pakta fiskal tidak bisa dinegosiasi. Hollande
telah menolak untuk mendukung memungkinkan kekuatan baru pengadilan Uni Eropa
untuk memukul anggaran nasional dan menghukum negara yang melanggar pakta
fiskal Uni Eropa.
“Kita akan menemukan kompromi dan saya yakin bahwa berbagai
hal telah berjalan dengan baik,” kata Kepala transisi Hollande, Pierre
Moscovici.
Ditegaskannya, Prancis tidak akan menyerah para rencananya
untuk proyek Eropa yang lebih menguntungkan bagi pertumbuhan dan mitra Prancis
akan mengalah. Prancis telah menaikkan utang jangka pendek senilai US$ 9,1
miliar dengan suku bunga rendah dibayar kepada investor, Senin (7/5).
Ketidakpastian telah menggoncang Uni Eropa menyebabkan bursa saham Eropa turun,
tetapi kekacauan ekonomi belum terjadi seperti yang diprediksi oleh Presiden
Prancis Nicolas Sarkozy.
Para pejabat dan diplomat Uni Eropa telah menyarankan Berlin dan Prancis untuk mempersiapkan sebuah kesepakatan guna mendorong belanja Uni Eropa pada kebijakan pertumbuhan, sebagai imbalan Hollande menyetujui untuk tidak memaksa merevisi pakta fiskal Uni Eropa. Dalam upaya untuk merayu pemimpin baru Prancis itu, Presiden Komisi Eropa Jose Manuel telah meminta para pemimpin Eropa untuk menerima kenaikan anggaran belanja Uni Eropa sebesar 11 persen pada 2014-2020 sebagai bagian dari “anggaran pertumbuhan”.
Permintaan Manuel itu merespon pernyataan Pascal Lamy, seorang sosialis Prancis sekaligus kepala Organisasi Perdagangan Dunia. Dikatakannya, kelangsungan hidup zona euro akan bergantung pada ekonomi pemerintah dan anggaran pertumbuhan Eropa.
Namun, Perdana Menteri Inggris, David Cameron diperkirakan akan bentrok dengan Hollande. Cameron diperkirakan akan menolak proposal itu karena itu akan memaksa Inggris memberikan tambahan pembayaran lebih dari 11 miliar pound sterling (US$ 17,7 miliar) di luar dari biaya anggota.
“Rencana itu tidak realistis, tak terkendali dan tidak sesuai dengan keputusan-keputusan sulit pengeluaran yang telah diambil negara-negara di seluruh Eropa,” seorang juru bicara pemerintahan Inggris.
Pengetatan fiskal dinilai tidak meningkatkan hasil pada pertumbuhan ekonomi. Penghematan anggaran hanya menyebabkan ekonomi semakin menyusut. Menurut Dana Moneter Internasional (IMF), rasio utang publik bruto terhadap produk domestik bruto akan terus naik, bukan jatuh setiap tahunnya di Irlandia, Italia, Spanyol, dan Portugal.
Paling mengerikan, laporan data tingkat pengangguran terus naik dengan tingkat pengangguran di Yunani, Spanyol, Portugal dan Italia mencapai tingkat tertinggi lebih dari 10 persen. Sementara Prancis cenderung stabil.
Comments
Post a Comment
, ,