Ikhwanul Muslimin Dituding Dorong Kekacauan


Mantan Perdana Menteri Ahmed Shafiq memberikan konferensi pers mengklaim kemenangan
[KAIRO] Media-media Mesir menjelek-jelekan Ikhwanul Muslimin sebagai musuh negara. Media-media terutama media pemerintah menuding kelompok fundamentalis Islam itu berencana menjatuhkan Mesir ke dalam kekacauan, bila kandidatnya tidak muncul sebagai pemenang pemilu presiden, Kamis (21/6).

Pada saat yang sama, kandidat presiden Ahmed Shafiq kembali mengulangi klaim kemenangannya. Dia menuduh Ikhwanul Muslimin “bermain-main” melakukan kesepakatan dengan kekuatan luar untuk mempengaruhi hasil pemilu. Shafiq mengecam aksi protes digelar Ikhwanul Muslimin dan kampanye media yang semua ditujukan untuk menekan komisi pemilihan umum.
Ribuan pengunjuk rasa telah memenuhi lapangan Tahrir, Kamis malam. Mayoritas demonstran turun ke jalan menentang militer, dengan pendukung Ikhwanul Muslimin bergabung dalam unjuk rasa.

“Kami akan tetap berada di sini sampai dewan militer menyerahkan kekuasaan,” kata Ahmed Youssef, aktivis seorang insinyur elektronik. 

Kedua kandidat presiden, Morsi dan Shafiq telah mengklaim sebagai pemenang pemilu. Komisi Pemilihan Umum pun menunda pengumuman hasil, seharusnya diumumkan Kamis. Komisi harus menunggu penyelidikan tuduhan kecurangan pemilu dan hasil diharapkan akan diumumkan sebelum 23 Juni. 

Beberapa media Mesir berkampanye melawan Ikhwanul Muslimin dalam artikel dan wawancara, banyak diduga dipengaruhi oleh para jenderal. Sampul depan majalah mingguan Al-Mussawar menampilkan kandidat presiden dari Ikhwanul Muslimin Mohamed Morsi menempatkan ciuman di kepada pemimpin spiritual (Murshid), Mohammed Badie sebagai tanda penghormatan dan penyerahan kedua.

“Kami tidak akan diperintah oleh Murshid,” kata majalah itu dalam cetakan merah di bawah gambar.

Ancaman

Delapan tokoh sastra terkemuka dengan pandangan liberal diwawancara oleh Al Mussawar. Mereka mengatakan bahwa Presiden Ikhwanul Muslimin bisa mengubah Mesir selamanya.

“Saya menganggap persaudaraan menjadi ancaman bagi Mesir. Kami hidup dalam masa yang mungkin mirip dengan (Adolf) Hitler naik berkuasa,” kata novelis Gamal el-Ghetani.     

Harian independen el-Destour menampilkan halaman depan surat kabarnya, dengan sebuah cerita tanpa sumber, mengklaim bahwa Ikhwanul Muslimin merencanakan pertumpahan darah, jika Morsi tidak dinyatakan sebagai pemenang. Pimpinan redaksi Minguan el-Fagr, Adel Hamouda, mengatakan pengumuman kemenangan Morsi oleh Ikhwanul Muslimin, hanya beberapa jam setelah pemilu ditutup, merupakan “premanisme politik.” Dia menilai seruan kepada pendukung Ikhwanul Muslimin untuk berkumpul di lapangan Tahrir merupakan awal dari kekerasan.

Di kota kuno Luxor, polisi dan tentara terlihat di jalan-jalan dan toko-toko, sebagian besar dimiliki oleh minoritas Kristen. Mereka kerap menjadi target penjarahan pada saat terjadi kerusuhan. Semua toko-toko ditutup untuk mengantisipasi masalah.

Ikhwanul Muslimin telah membantah tuduhan kelompoknya memicu kekerasan. Mereka berulang kali mengatakan tidak akan menggunakan kekerasan, bila Shafiq menang.  Juru bicara Ikhwanul Muslimin mengatakan kelompoknya bersiap untuk berbicara dengan militer untuk meredakan krisis.
Keputusan penundaan pengumuman hasil pemilu telah menambah ketidakpastian transisi Mesir menuju demokrasi, setelah penggulingan Hosni Mubarak. [AP/D-11]

Comments

Popular Posts