Mesir Cari Pinjaman IMF
[KAIRO] Mesir mencari pinjaman sebesar US$ 3,2 miliar dari
Dana Moneter Internasional (IMF). Presiden terpilih Mesir, Mohamed Morsi masih
mencari kemungkinan mengamankan pinjaman untuk mendukung perekonomian Mesir,
yang memburuk dalam beberapa puluh tahun ini.
Juru bicara Morsi, Yasser Ali mengatakan IMF telah menetapkan ingin mencari konsensus politik lebih luas dalam program ekonomi sebelum pinjaman disetujui, Kamis (28/6). Para ahli menilai mendapat kesepakatan IMF menjadi kunci untuk mengembalikan kepercayaan terhadap perekonomian Mesir. Pemberontakan rakyat menggulingkan Hosni Mubarak telah merusak iklim investasi dan pariwisata Mesir.
Mesir telah meminta pinjaman dari IMF Januari lalu. Akan tapi proses pemberian pinjaman tertunda karena ketegangan politik antara militer. Pertarungan kekuasaan hanya akan membuat negosiasi semakin sulit, karena masalah pinjaman IMF menyangkut kepemilikan kebijakan.
Sementara itu, beberapa aktivis online Mesir telah menciptakan sebuah inisiatif untuk melacak apakah presiden terpilih Mesir, Mohamed Morsi, dapat memenuhi janji kampanye-nya. Situs bernama “Morsi Meter” telah diluncurkan aktivis pada 24 Juni setelah Morsi diumumkan sebagai pemenang. Morsi dijadwalkan akan dilantik, Sabtu (30/6).
Para aktivis menulis dalam situsnya bahwa inisiatif mereka adalah upaya untuk memonitor dan mendokumentasikan 100 hari kerja Morsi. Para aktivis yang mengaku tidak memiliki afiliasi politik itu ingin memeriksa pelaksanaan paket reformasi Ikhwanul Muslimin yang disebut “Proyek Renaissance”. Program Morsi termasuk solusi cepat mengatasi keamanan, lalu lintas dan kekurangan bahan bakar.
Morsi belum mengumumkan nama kabinetnya. Namun, pimpinan Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata (SCAF), Hussein Tantawi dipertahankan sebagai menteri pertahanan. Tantawi pernah menjabat sebagai menteri pertahanan selama dua puluh tahun dibawah mantan Presiden Hosni Mubarak.
“Pemerintahan baru akan memiliki menteri pertahanan yang menjabat kepala Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata,” kata Major Jenderal Mohamed Assar. [Bloomberg/BBC/D-11]
Comments
Post a Comment
, ,