Mesir Tunda Pengumuman Hasil Pemilu



Perempuan Kairo menunjukkan tinta setelah memberikan suara untuk pemilu presiden Mesir
[KAIRO] Komisi Pemilihan Umum Mesir menunda pengumuman hasil pemilu presiden putaran kedua. Hasil pemilu seharusnya dijadwalkan diumumkan Kamis (21/6). Keputusan itu telah meningkatkan ketegangan atas siapa yang akan menggantikan mantan presiden Mesir Hosni Mubarak yang saat ini sedang mengalami koma di rumah sakit militer.
“Komisi pemilu Mesir dipimpin oleh Faruq Sultan telah memutuskan untuk menunda pengumuman hasil akhir pemilihan presiden,” demikian laporan kantor berita MENA, Rabu (20/6) malam.

Komisi Pemilu menyatakan sedang menunggu permohonan dari para pengacara kedua kandidat presiden terkait pelanggaran kampanye dan sengketa perhitungan suara. Kedua kandidat presiden, Mohamed Morsi dari Ikhwanul Muslimin, dan mantan perdana menteri Ahmed Shafiq telah mengklaim sebagai pemenang pemilu presiden.

“Komisi akan menyelidiki permohonan itu sehingga membutuhkan waktu lebih lama sebelum mengumumkan hasil pemilu,” demikian pengumuman Komisi Pemilu, tanpa menyebut tanggal
pengumuman hasil pemilu. 

Ikhwanul Muslimin telah mengklaim kemenangan kandidatnya, sedangkan Shafiq menuding Ikhwanul Muslimin mengeluarkan angka palsu. Ikhwanul Muslimin mengklaim Morsi meraih 52 persen suara dengan Shafiq mendapatkan 48 persen. Sementara humas kampanye Shafiq mengatakan sebaliknya bahwa Shafiq mendapatkan 52 persen suara.

Sekelompok juri independen dikepalai oleh mantan ketua Persatuan Hakim, Zakaria Abdel Aziz, telah mengawasi proses pemilihan umum. Mereka mengkonfirmasi bahwa Morsi sebagai pemenang.
Perebutan kekuasaan telah mendorong krisis politik berkepanjangan di Mesir. Militer telah memperkuat kekuasaannya dengan membubarkan parlemen terpilih dan memegang otoritas legislatif.

Konstitusi baru dideklarasikan Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata (SCAF) telah memangkas otoritas presiden terhadap militer dan membekukan kekuasaan Presiden. Meski Morsi dikonfirmasi sebagai presiden, dia tidak akan memiliki kekuasaan penuh seperti yang dimiliki Mubarak selama hampir tiga puluh tahun.  

Ikhwanul Muslimin telah memulai perlawanan terhadap SCAF dengan bersikeras bahwa parlemen mempertahankan kekuasaan legislatif, dan berjanji untuk melawan keputusan SCAF dengan gerakan rakyat. Selasa Malam, para pendukung Ikhwanul Muslimin telah bergabung dengan para aktivis revolusi di lapangan Tahrir. Sebanyak 15.000 orang telah berkumpul di lapangan tersebut.

Sementara ketidakpastian kondisi Hosni Mubarak muncul di tengah kekacauan hukum dan politik Mesir. Saat ini, Mubarak dalam keadaan koma dan bergantung pada alat penunjang kehidupan di rumah sakit Maadi. Harian milik negara, Al-Ahram menuliskan “Mesir menghadapi 48 jam masa paling kritis dalam sejarahnya.”    

“Mubarak tidak mati secara klinis. Dia dalam keadaan koma dan para dokter berusaha untuk membawanya hidup kembali. Dia telah ditempatkan di sebuah respirator buatan” kata seorang sumber medis kepada AFP.

Kantor berita MENA memberitakan bahwa Hosni Mubarak secara klinis “mati”. Seorang sumber kesehatan mengatakan kepada MENA, bahwa jantung Mubarak telah berhenti berdetak dan tidak merespon defibrilasi (alat kejut aliran listrik). Namun, pasien tidak “mati suri” atau “otaknya belum mati”.  [AFP/D-11]

Comments

Popular Posts