Mohamed Morsi Serukan Persatuan


Kerumunan orang membawa banner bergambarkan wajah calon presiden Ikhwanul Muslimin, 
Mohamed Morsi di lapangan Tahrir.

[KAIRO] Mohamed Morsi dari Ikhwanul Muslimin terpilih menjadi presiden Mesir setelah memenangkan 51,73 persen suara melawan mantan perdana menteri Mesir Ahmed Shafiq. Pengumuman kemenangan oleh Komisi Pemilihan Umum Morsi dirayakan puluhan ribu pendukung Ikhwanul Muslimin di lapangan Tahrir. Morsi telah menyerukan sebuah persatuan nasional, Minggu (24/6).  
“Saya akan menjadi seorang presiden bagi semua rakyat Mesir. Saya memanggil anda, bangsa Mesir untuk memperkuat persatuan nasional kita. Persatuan nasional adalah satu-satunya jalan keluar dari masa-masa sulit ini,” kata Morsi dalam pidato kemenangannya.

Ketua Komisi Pemilihan Umum Faruq Sultan mengumumkan, Morsi berhasil memenangkan 13,2 juta suara mengalahkan Shafiq yang memperoleh 12,3 juta suara. Dalam pemilih presiden putaran kedua sebanyak 51,8 persen dari 50 juta pemilih wajib memberikan suaranya. 

Setelah pengumuman kemenangannya, Morsi mengundurkan diri dari Ikhwanul Muslimin, termasuk melepaskan jabatannya sebagai Ketua Kebebasan dan Keadilan, sayap politik Ikhwanul Muslimin. Dia berjanji bahwa kepemimpinannya akan inklusif, dan akan merangkul kaum sekuler dan minoritas Kristen.   

Morsi akan menjadi presiden sipil pertama yang memerintah Mesir, setelah berpuluh-puluh tahun dikuasai militer. Morsi, berusia 60 tahun, seorang insinyur terlatih dari Amerika Serikat (AS). Dia memperoleh gelar doktor dari Universitas Southern California, AS dan sempat bekerja beberapa tahun di sebagai dosen di universitas itu.

Morsi juga memberikan penghormatan kepada para martir yang tewas selama gerakan rakyat menggulingkan mantan presiden Hosni Mubarak, tahun lalu. Diucapkannya, tanpa darah para martir, dia tidak akan terpilih.

“Revolusi berlanjut, terus sampai semua tujuan revolusi tercapai dan bersama kita akan menyelesaikan gerakan ini. Rakyat telah bersabar cukup lama,” ucapnya.

Pemimpin Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata (SCAF), Hussein Tantawi mengucapkan selamat kepada Morsi. SCAF berjanji akan menyerahkan kekuasaan kepada presiden baru Mesir pada 30 Juni nanti. 

Ketegangan Baru

Terpilihnya Morsi diharapkan akan mengakhiri gejolak kekerasan yang selama ini melanda Mesir.
Sebelum pengumuman hasil pemilu, situasi di Mesir tegang. Toko-toko dan sekolah tutup. Tentara dan polisi dikerahkan, serta helikopter terbang di ibu kota Mesir, Kairo.

Kemenangan Morsi tidak sepenuhnya mendapat dukungan dari rakyat Mesir. Banyak dari para pendukung Shafiq kecewa dengan hasil pemilu. Mereka menyesalkan Mesir akan dipimpin oleh orang dari Ikhwanul Muslimin.

“Ini hari yang sangat menyedihkan bagi Mesir. Saya tidak berpikir Morsi adalah pemenangnya. Saya sangat sedih bahwa Mesir akan diwakili oleh orang ini dan kelompok ini,” kata Maged, seorang pendukung Shafiq.

Penundaan hasil pemilu telah menimbulkan kecurigaan bahwa hasil pemilu sudah dinegosiasikan, bukan dihitung. Sebelumnya kedua kandidat presiden, Morsi dan Shafiq, mengklaim sebagai pemenang pemilu. Kemenangan Morsi juga meningkatkan kekhawatiran Morsi akan membawa Mesir menjadi negara Islam dan mengekang kebebasan pribadi.

Ketidakpastian politik masih membayangi Mesir setelah parlemen terpilih Mesir, didominasi Ikhwanul Muslimin, dibubarkan oleh SCAF. SCAF juga mengeluarkan konstitusi sementara memberikan mereka kekuasaan legislatif dan membatasi kekuasaan presiden. Keputusan SCAF tersebut telah mendapat perlawanan dari Ikhwanul Muslimin dengan menolak deklarasi konstitusional militer. [AFP/D-11]

Comments

Popular Posts