Mubarak “Mati” Secara Klinis


Hosni Mubarak
[KAIRO] Presiden Mesir digulingkan Hosni Mubarak diberitakan mengalami “kematian secara klinis”. Kantor berita MENA melaporkan Mubarak menderita stroke dan kesehatannya memburuk dengan cepat. Sementara seorang pejabat medis dan militer menyangkal bahwa Mubarak “mati secara klinis”, Selasa (19/6).
“Mubarak tidak mati secara klinis. Dia dalam keadaan koma dan para dokter berusaha untuk membawanya hidup kembali. Dia telah ditempatkan di sebuah respirator buatan” kata seorang sumber medis kepada AFP.  

Keadaan kesehatan Mubarak masih simpang siur karena belum ada laporan resmi dari pemerintah terkait kesehatan Mubarak. Pria berusia 84 tahun itu telah mengalami koma sejak Senin (11/6).  Kantor Berita Timur Tengah melaporkan Mubarak telah dipindahkan dari Penjara Torah ke Rumah Sakit Militer.

Kesehatan Mubarak semakin memburuk sejak dirinya divonis mendapat hukuman penjara seumur hidup, awal bulan lalu. Mubarak dinyatakan bersalah karena gagal menghentikan pembunuhan para demonstran selama gerakan rakyat menggulingkan dirinya tahun lalu. 

Kantor berita MENA memberitakan bahwa Hosni Mubarak secara klinis “mati”. Seorang sumber kesehatan mengatakan kepada MENA, bahwa jantung Mubarak telah berhenti berdetak dan tidak merespon defibrilasi (alat kejut aliran listrik). Namun, pasien tidak “mati suri” atau “otaknya belum mati”.

Spekulasi beredar di kalangan publik. Banyak rakyat Mesir skeptis terhadap laporan kesehatan Mubarak. Mereka percaya bahwa laporan itu hanya dalih untuk memindahkan Mubarak keluar penjara.

Kondisi Mubarak diperkirakan sama dengan mantan perdana menteri Israel Ariel Sharon. Pada 2006, Sharon menderita stroke berat dan mendapatkan perawatan intensif dan menjalani operasi otak berulang kali untuk menstabilkan kondisinya. Namun, hingga kini kesadaran Sharon tidak pernah kembali, masih hidup tapi dalam keadaan koma mendalam.    

Perebutan Kekuasaan

Berita perkembangan kesehatan Mubarak semakin membayangi gejolak perebutan kekuasaan di Mesir setelah pemilihan presiden putaran kedua. Kedua kandidat presiden telah mengklaim sebagai pemenang pemilu. Sementara Militer semakin memperkuat kekuasaannya dengan memegang kendali otoritas legislatif dan eksekutif.

Ikhwanul Muslimin mendeklarasikan kandidatnya Mohammed Morsi telah memenangkan pemilu.  Ikhwanul Muslimin mengklaim Morsi meraih 52 persen suara dengan Shafiq mendapatkan 48 persen.
Ribuan pendukung Ikhwanul Muslimin berkumpul di lapangan Tahrir, Selasa. Mereka bergabung dengan para demonstran di lapangan Tahrir melakukan unjuk rasa menentang Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata (SCAF).

Sementara rivalnya, Ahmed Shafiq juga telah mengklaim kemenangan. Dia menuduh Ikhwanul Muslimin mengeluarkan angka salah dan menegaskan hasil resmi yang akan diumumkan Kamis akan menyatakan dia sebagai presiden. Humas tim kampanye Shafiq mengklaim Shafiq memenangkan pilpres dengan meraih 52 persen suara.

Politik Mesir semakin tidak menentu setelah SCAF membubarkan parlemen terpilih Mesir, Senin. SCAF mengambil alih kekuasaan legislatif dan mendeklarasikan konstitusi baru Mesir.
Ikhwanul Muslimin menuding militer melakukan “kudeta halus terhadap parlemen”. Ikhwanul Muslimin menolak pembubaran parlemen yang didominasi oleh mereka dan menyatakan panel pembentuk konstitusi akan terus berjalan. [AFP/AP/D-11]

Comments

Popular Posts