Myanmar Kembali Tenang, Namun Penuh Ketakutan

Warga Rakhine berusaha memadamkan api
[YANGON] Situasi di provinsi Rakhine kembali tenang setelah pasukan keamanan telah memulihkan ketertiban di wilayah barat Myanmar, dekat perbatasan Bangladesh, Selasa (12/6). Namun, para warga masih dipenuhi dengan ketakutan, pascakerusuhan sekterian yang menewaskan sedikitnya tujuh orang tewas, 17 orang terluka dan hampir 500 rumah terbakar, pada kerusuhan sejak Jumat (8/6).

Surat kabar Myanma Ahlin melaporkan pasukan keamanan harus membuka tembakan untuk menahan para perusuh, sementara televisi pemerintah mengumumkan bahwa tentara pasukan telah dikerahkan untuk membantu polisi di kota-kota Maungdaw dan Buthidaung, tempat di mana massa mengamuk. Presiden Myanmar Thein Sein telah mengumumkan keadaan darurat di Rakhine. Angkatan laut Myanmar juga telah melakukan pengamanan di sepanjang pantai di Teluk Benggala.
“Pusat kota Sittwe cukup tenang untuk saat ini, tapi kami takut pada malam hari. Kami takut orang Rohingya Muslim kembali masuk membakar desa di sepanjang sungai. Kami tidak bisa tidur nyenyak selama hampir satu minggu,” kata Mya Thein, seorang warga Sittwe.

Warga sipil Rakhine, laki-laki dan perempuan telah mempersenjatai diri dengan kayu dan tombak bambu untuk menjaga rumah mereka. Perserikatan Bangsa-Bangsa pun telah menempatkan 44 dari 150 personil mereka di Rakhine. Televisi pemerintah melaporkan operasi kapal-kapal penumpang dan kargo di Sittwe telah ditunda. 

Harian Myanma Ahlin melaporkan sekitar 1.000 “teroris” bertanggung jawab atas kerusuhan yang terjadi di Rakhine. Sebagian besar korban yang tewas kerusuhan adalah umat Budha dan massa yang menyerbu desa adalah umat Muslim.

Kerusuhan etnis Budha-Muslim diprovokasi oleh beredarnya selebaran berita tentang pemerkosaan dan pembunuhan seorang perempuan beragama Budha, dituduhkan dilakukan oleh tiga pria Muslim. Hal itu memicu aksi balas dendam ratusan umat Buddha menyerang sebuah bus yang menduga sang pelaku berada di dalamnya. Massa umat Buddha yang marah memukul 10 penumpang Muslim hingga tewas, pada 3 Juni lalu.

Insiden itu telah menimbulkan siklus serangan balas dendam, berlanjut dengan tujuh warga Buddha tewas, pekan lalu.  Kekerasan mencerminkan lamanya ketegangan antar etnis dan agama di negara bagian Rakhine itu. Banyak warga Muslim di Rakhine dianggap sebagai pemukim ilegal dari Bangladesh, negara tetangga Myanmar.

Presiden Myanmar Thein Sein mengatakan situasi kekerasan yang semakin di luar kendali dapat membahayakan stabilitas dan reformasi demokrasi yang sedang dibangun, sejak dia menjabat sebagai presiden tahun lalu. Thein memerintahkan langkah-langkah pengamanan dalam mengatasi kerusuhan itu.  

Sabtu (9/6), sekitar 150 warga Budha Rakhine melakukan upacara mendoakan perempuan yang dibunuh dan mereka yang tewas dalam bentrokan di Pagoda Shwedagon di Yangon. Mereka membawa spanduk bertuliskan “Pertahankan negara bagian Rakhine,” dan “Hapus teroris Bengali dari negara bagian Rakhine, sekarang.”

Selasa (12/6), puluhan umat Muslim melakukan aksi protes damai di sebuah masjid di pusat kota Yangon. Mereka menyerukan keadilan bagi 10 orang Muslim yang tewas. Asosiasi Islam Myanmar mengeluarkan sebuah pernyataan di surat kabar pemerintah mengutuk pembunuhan dan meminta umat Islam tetap tenang. [AFP/AP/D-11] 

Comments

Popular Posts