Tiongkok Bangun Pangkalan Militer di Laut China Selatan
![]() | ||||||
Kepulauan Kota Sansha, diklaim oleh Tiongkok, memiliki 1.100 penduduk | . |
Surat kabar Tiongkok, Xinhua melaporkan Tiongkok telah
membentuk kota baru bernama Sansha, dan Komisi Militer Pusat telah menyetujui
pembentukan komando garnisun Sansha yang bertanggung jawab untuk pertahanan
nasional dan operasi militer. Xinhua mengungkapkan sebanyak 1.100 warga dari
kepulauan Xisha, Zhongsha, dan Nansha telah memilih 45 wakil sebagai dewan
kota. Kepulauan itu merupakan bagian dari kota baru bernama Sansha, dengan
dewan kota akan bertugas di sebuah pulau disebut Yongxing.
Tiongkok mengklaim mereka negara pertama yang menemukan kelompok kepulauan Laut China Selatan, yakni Spratly, Paracel, and Zhongsha. Tiongkok menamakan ulang ketiga kepulauan itu dengan Xisha, Zhongsha, and Nansha. Beijing kemudian mendirikan pemerintahan untuk mengelola kepulauan itu pada 1959 sehingga mereka memiliki kedaulatan penuh atas wilayah itu.
Vietnam pernah menguasai daerah berbeda dari kepulauan Paracel, tapi setelah konflik 1974, Beijing mengambil kendali seluruh kelompok kepulauan. Sementara Vietnam masih memegang sebagian besar wilayah kepulauan Spratly.
Diabaikan
Filipina dan Vietnam mengabaikan keberadaan Tiongkok yang telah mengirim pasukan militer ke wilayah sengketa, dan klaim Beijing atas kota baru Sansha di Laut China Selatan. Presiden Filipina Benigno Aquino mengatakan negaranya tidak akan mundur dalam sengketa wilayah dengan Tiongkok.
Aksi demonstrasi anti-Tiongkok pun digelar di jalan ibukota Vietnam, Hanoi. Otoritas Vietnam bahkan memberikan lampu hijau kepada perusahaan minyak milik negara India untuk terus mengeksplorasi minyak dan gas di lepas pantai Vietnam, Laut China Selatan, mengabaikan penolakan dari Tiongkok.
“Bila seseorang memasuki halaman anda, dan bilang dia memilikinya, apakah anda setuju? Apakah benar memberikan apa yang menjadi hak milik kita?” kata Aquino ketika memberikan pidato tahunan di hadapan parlemen Filipina, Senin (23/7).
Dia mengajak bangsa Filipina bersatu mengirim pesan kepada Tiongkok terkait batas wilayah dan menegaskan negaranya tidak akan menyerah kepada Tiongkok. Menurutnya, pemerintahannya telah menunjukkan niat baik dan kesabaran dalam menangani sengketa selama berbulan-bulan atas sengketa klaim sebagian wilayah Laut China Selatan.
“Saya tidak berpikir adalah berlebihan untuk meminta hak kami dihormati, sama seperti kami menghormati hak-hak mereka sebagai sesama bangsa di dunia, tempat kita berbagi,” ucapnya.
Terus Eksplorasi
Keputusan Beijing namakan Kota Sansha segera mendapat reaksi kecaman dari Vietnam. Pemerintah Vietnam mengatakan pihaknya menentang pembentukan kota Sansha.
“Ini disebut langkah pelanggaran serius terhadap kedaulatan Hanoi dalam rantai kepulauan Spratly dan Paracel, yang diklaim sebagai bagian kota Danang, dan provinsi Khanh Hoa,” kata media pemerintah Voice of Vietnam.
Voice of Vietnam mengutip pernyataan otoritas Danang dan Khanh Hoa mengatakan Beijing membahayakan persahabatan di antara kedua negara tetangga. Ahli Asia Pasifik berbasis di Washington, Oriana Skylar Mastro mengatakan pengiriman tentara Tiongkok ke kepulauan Parcel merupakan upaya Beijing untuk meningkatkan pengaruhnya di daerah tersebut.
Tiongkok telah mengklaim seluruh perairan sengketa Laut
China Selatan yang juga diklaim oleh Vietnam, Filipina, Brunei Darussalam, dan
Malaysia. Kapal laut Tiongkok dan Filipina sempat bersitegang di perairan Laut
China Selatan, beberapa bulan lalu. Tiongkok telah mengirim armada kapal laut
penangkapan ikan terbesar ke kepulauan Spratly, minggu lalu.
Perusahaan nasional minyak dan gas India (ONGC) menyatakan
telah menerima usulan Vietnam untuk terus mengeksplorasi minyak dan gas di
lepas pantai Vietnam, Laut China Selatan. Langkah itu menekankan hubungan kuat
India dengan Vietnam, sementara mengabaikan keberatan Tiongkok atas proyek itu.
Tiongkok telah menentang kehadiran India di wilayah itu dengan mengklaim
perairan itu.
“ONGC baru saja menerima perpanjangan dua tahun,” kata
kepala divisi eksplorasi PetroVietnam, Phan Tien Vien.
Vietnam telah menawarkan kerjasama eksplorasi sembilan blok
minyak di Laut China Selatan kepada ONGC. Pemerintah Tiongkok memperingatkan
ONGC bahwa aktivitas eksplorasi mereka ilegal dan melanggar kedaulatan wilayah
Tiongkok.
Gagal
Perhimpunan negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) telah
berusaha untuk meredam ketegangan di Laut China Selatan dengan menyusun draft
dokumen mengurai posisi ASEAN meminta semua pihak untuk menyelesaikan sengketa
teritorial dengan cara damai sesuai dengan hukum internasional, termasuk
konvensi maritim PBB (UNCLOS). Namun, hal itu mendapat perlawanan dari
Tiongkok.
ASEAN pun gagal memperoleh kesepakatan mengeluarkan komunike
akhir, pertama kalinya dalam 45 tahun sejarah ASEAN. Ketua ASEAN 2012 sekaligus
sekutu Tiongkok, Kamboja telah menolak memasukkan masalah Laut China Selatan
dalam komunike, melawan keinginan Vietnam, Filipina, dan Thailand.
Tiongkok bersikukuh bahwa masalah Laut China selatan bukan
masalah dengan ASEAN, melainkan hanya dengan sejumlah negara-negara di Asia
Tenggara. Beijing menolak internasionalisasi masalah Laut China Selatan dan
ingin penyelesaian sengketa dilakukan secara bilateral antara negara pengklaim.
[Xinhua/D-11]
Comments
Post a Comment
, ,