Jokowi Disorot Dunia Internasional


Gubernur dan wakil Gubernur masa depan DKI Jakarta, Joko Widodo dan Basuki Cahaya Purnama
Pertarungan memperebutkan kursi Gubernur DKI Jakarta telah menjadi sorotan dunia internasional. Pasalnya, Jakarta sebagai ibukota Indonesia menjadi barometer demokrasi Indonesia, sekaligus turut menentukan peta perpolitikan pemilihan umum Presiden Indonesia 2014 nanti. Media-media internasional sekaliber New York Times, Reuters, Bloomberg, kantor berita Inggris BBC, Financial Times, dan Strait Times turut menyoroti pilkada DKI Jakarta.
New York Times mengeluarkan artikel awal berjudul Joko Widodo Breathing New Ideas Into Jakarta Election atau Joko Widodo Meniupkan Ide-ide Baru Masuk Dalam Pemilihan Umum Jakarta. Judul tersebut kemudian diubah menjadi Outsider Breathing New Ideas Into Jakarta Election atau Orang Baru Meniupkan Ide-ide Baru Masuk Dalam Pemilihan Umum Jakarta. Sementara Strait Times juga menuliskan judul tak jauh beda; "Outsider Wins Jakarta Governor Election," Financial Times membuat artikel berjudul: "Jokowi stops traffic in fight for Jakarta" atau "Jokowi Menghentikan Lalu Lintas dalam perjuangan demi Jakarta."

New York Times menuliskan, di jantung Jakarta adalah Joko, seorang kandidat yang mengirim pesan perubahan telah mendorong dirinya masuk dalam persaingan untuk memimpin salah satu metropolis terpenting Asia. Joko, wali kota Surakata, telah muncul dengan mengejutkan dalam putaran pertama pilkada setelah unggul dari lima kandidat lainnya, termasuk petahana Gubernur Fauzi Bowo yang memperoleh 34 persen.

Kemunculan Joko telah menyuntikkan semangat baru dalam proses demokrasi. Di negara yang  politikusnya berasal dari elite yang terkait atau memiliki hubungan dengan mendiang Presiden Soeharto dan militer, Joko, dikenal dengan julukan Jokowi, muncul untuk mewakili generasi baru politikus. Eksportir furnitur yang masuk politik untuk pertama kali pada 2005 itu secara luas dianggap bersih dan mampu memimpin ibu kota di negara yang kental aroma korupsinya. Transparency International memeringkat Indonesia di urutan ke-100 dari 182 negara pada tahun 2011.

New York Times juga mencatat sejumlah keberhasilan Jokowi. Dilaporkan, sebagai wali kota Solo, Jokowi membantu memperkenalkan sistem trem modern, dan membantu merelokasi pedagang kaki lima untuk mengurangi kemacetan lalu lintas. Dia mempersingkat prosedur aplikasi bisnis, memperluas akses pelayanan kesehatan, dan membersihkan kawasan kumuh, yang terakhir menjadi sorotan utama kota Jakarta.
Pada 2010, Jokowi terpilih sebagai wali kota Solo untuk periode kedua dengan 90,9 persen suara. Dia masuk dalam daftar Walikota Terbaik Dunia 2012, sebuah penghargaan yang diberikan setiap dua tahun oleh Yayasan Wali kota-Wali kota Dunia.

Tapi tidak hanya itu, New York Times juga mempertanyakan apakah Jokowi dapat mereplika keberhasilan di Surakarta, sebuah kota dengan 520 ribu penduduk, ke ibukota Jakarta yang berpenduduk lebih dari 10 juta orang. Seorang analis dari Bower Group Asia dan ahli politik Indonesia, Douglas Ramage mengatakan para pemilih mencari integritas dan pemerintahan bersih. Dengan anggaran senilai US$ 4,3 miliar, Jakarta merupakan "mangkuk madu". Dia mengingatkan, akan susah bagi Jokowi untuk merombak birokrasi mengakar dan menekan korupsi, sesuatu yang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kampanyekan dan ditemukan sulit dihapuskan.

Semut Menang

New York Times menutup tulisan dengan Jokowi yang teguh dalam perjuangannya. Ditanya apa artinya jika "gajah" mengalahkan dia pada pilkada putaran kedua, Jokowi menjawab pertanyaan itu dengan tertawa dan berkata, "Nah, semutlah yang akan menang."

Sementara Financial Times (FT) menuliskan Jokowi, sebuah nama yang datang bukan dari partai politik, tapi dari rakyat. Jokowi berjanji, bila terpilih sebagai gubernur, akan mereplika model Surakarta yakni merenovasi kota dengan pemerintahan efisien dan bersih.

"Untuk saat ini tergantung ukuran amplopnya," kata Jokowi merujuk pada seberapa luas wabah penyuapan.

FT bahkan menuliskan munculnya Jokowi sangat instruktif karena menunjukkan pemilih ingin perubahan dan menolak politik uang.

“Dengan kurangnya kandidat reformis dalam pemilihan presiden, beberapa surat kabar lokal dan komentator sudah mulai berbicara Joko Widodo sebagai kandidat potensial (presiden) pada 2014,” demikian laporan FT. [Berbagai sumber/D-11]

Comments

Popular Posts