Penembakan Sekolah Tewaskan 20 Anak, Obama Menangis
![]() |
Presiden AS Barack Obama mengusap air mata |
[WASHINGTON] Penembakan kembali terjadi di lingkungan
sekolah Amerika Serikat (AS). Setidaknya 26 orang tewas, termasuk diantaranya
20 siswa di sebuah sekolah dasar Sandy Hook, Newtown, Connecticut, Jumat (14/12).
Seorang pria muda mengenakan seragam hitam dan rompi militer melepaskan
tembakan membunuh 20 anak-anak, dan enam guru, sebelum akhirnya bunuh diri.
Beberapa jam setelah kejadian, Presiden AS Barack Obama menyatakan duka cita dalam pidato disiarkan
secara langsung televisi nasional. Saat berpidato orang nomor satu di AS itu menangis dan beberapa kali terlihat mengusap air mata.
"Kita telah mengalami terlalu banyak tragedi seperti ini dalam beberapa tahun terakhir. Saya bereaksi bukan sebagai presiden, tetapi sebagai orang tua, khususnya saat ini. Tidak ada orang tua di Amerika yang tidak merasakan kesedihan luar biasa seperti yang saya rasakan, karena mayoritas mereka yang meninggal hari ini adalah anak-anak," kata Obama.
Dia menyebut penembakan itu sebagai kejahatan yang mengerikan dan mengimbau agar seluruh rakyat bersatu melakukan tindakan berarti untuk mencegah lebih banyak tragedi serupa. Presiden Obama sempat mengusapkan air matanya dan menghentikan pidato sekitar 11 detik untuk menahan emosinya.
"Hati kita hancur hari ini. Tetapi mari bersama menyembuhkan hati yang terluka, dan membalut luka-luka mereka," ujar Obama.
Presiden Obama juga mengimbau warga AS untuk mengibarkan bendera setengah tiang sebagai tanda duka cita yang mendalam. Pengibaran bendera setengah tiang itu dilakukan 18 Desember mendatang, dan wajib dilakukan di seluruh fasilitas dan gedung pemerintahan maupun militer, termasuk Gedung Putih.
"Kita telah mengalami terlalu banyak tragedi seperti ini dalam beberapa tahun terakhir. Saya bereaksi bukan sebagai presiden, tetapi sebagai orang tua, khususnya saat ini. Tidak ada orang tua di Amerika yang tidak merasakan kesedihan luar biasa seperti yang saya rasakan, karena mayoritas mereka yang meninggal hari ini adalah anak-anak," kata Obama.
Dia menyebut penembakan itu sebagai kejahatan yang mengerikan dan mengimbau agar seluruh rakyat bersatu melakukan tindakan berarti untuk mencegah lebih banyak tragedi serupa. Presiden Obama sempat mengusapkan air matanya dan menghentikan pidato sekitar 11 detik untuk menahan emosinya.
"Hati kita hancur hari ini. Tetapi mari bersama menyembuhkan hati yang terluka, dan membalut luka-luka mereka," ujar Obama.
Presiden Obama juga mengimbau warga AS untuk mengibarkan bendera setengah tiang sebagai tanda duka cita yang mendalam. Pengibaran bendera setengah tiang itu dilakukan 18 Desember mendatang, dan wajib dilakukan di seluruh fasilitas dan gedung pemerintahan maupun militer, termasuk Gedung Putih.
Peristiwa pembantaian terjadi pada Jumat (14/12) sekitar pukul 09.30, ketika
tembakan pertama terdengar. Pukul 09.40 aparat kepolisian dan para guru
menerobos ke dalam kelas, memerintahkan siswa bersembunyi di sudut. Polisi
kemudian mengevakuasi anak-anak, memberitahu mereka untuk saling berpegangan
tangan, dan menutup mata saat mereka keluar dari gedung sekolah.
“Semua orang menangis, dan saya hanya mendengar polisi
berteriak,” kata Alexis Wasik, siswa kelas 3 SD.
Pria berusia 20 tahun, diidentifikasi bernama Adam Lanza,
membawa dua senjata di tangan, memasuki dua ruang kelas menembak para siswa.
Dia kemudian menembak dirinya sendiri begitu mengetahui bantuan aparat kepolisian datang.
Polisi melaporkan anak-anak yang tewas berusia lima sampai sepuluh tahun. Sementara
korban dewasa yang tewas termasuk kepala sekolah, dan psikolog sekolah.
Adam adalah anak dari seorang guru di sekolah tersebut. Sang
ibu, Nancy Lanza, juga termasuk dalam korban tewas. Masih belum jelas motif dari penembakan di sebuah kota kecil itu.
Sebelumnya polisi menyangka sang penembak adalah Ryan Lanza,
adik pembunuh, ketika identitasnya dibawa oleh Adam saat pergi ke sekolah. Ryan
sekarang berada dalam tahanan polisi dan sedang diinterogasi.
“Hari ini, iblis mengunjungi komunitas ini,” kata Gubernur
Connecticut Dan Malloy.
Kontrol Senjata
Pembunuhan massal di sekolah Connecticut memperbaharui
tekanan terhadap Presiden AS Barack Obama dan Partai Demokrat untuk mengubah
undang-undang pengendalian senjata api. Beberapa jam setelah pidato duka cita
Obama di televisi, sekitar 200 orang berunjuk rasa di luar Gedung Putih
menyerukan pembatasan senjata api.
“Hari ini adalah harinya. Terlalu banyak senjata. Lucuti,”
teriak para pengunjuk rasa di Gedung Putih.
Mereka berharap Obama dapat melakukan pendekatan untuk
kontrol senjata, tanpa takut konsekuensi politik di periode kedua
pemerintahannya. Obama menghadapi tantangan karena Partai Republik kemungkinan
akan memblok perubahan.
Pembunuhan massal dengan senjata api kerap terjadi di
Amerika Serikat. Pada Juli 2012 seorang pria bersenjata menembak secara membabi
buta membunuh 12 orang, pada pemutaran perdana film Batman di sebuah bioskop di
Aurora, Colorado. Pada 2007, seorang mahasiswa membunuh 23 mahasiswa lainnya di
Universitas Virginia Tech. Pada, 1999, dua siswa di SMU Colombine membunuh 13
temannya, dan melukai 20 orang lainnya. [AP/Reuters/D-11]
Comments
Post a Comment
, ,