Libia Tutup Perbatasan antara Mesir dan Tunisia
![]() |
Militan Libia mengarahkan tembakan ke sebuah gedung di Bani Walid, Libia pada 24 Oktober 2012 |
Tunisia dan Mesir, merupakan negara-negara yang memulai
revolusi menggulingkan pemerintahan diktator, yang kemudian menyebar ke
negara-negara tetangga hingga mendorong “Arab Spring” pada Februari 2011. Kedua
negara itu telah memperingatkan dua tahun revolusi dengan melakukan unjuk rasa
ke jalan-jalan, dalam beberapa pekan terakhir.
Puluhan ribu rakyat Mesir telah menggelar unjuk rasa menuntut Presiden Mesir Mohamed Morsi mengundurkan diri. Demikian rakyat Tunisia mendesak Perdana Menteri Hamdi Jebali turun dari pemerintahan.
Perdana Menteri Libia Ali Zeidan mengatakan penutupan
perbatasan sebagai bagian dari langkah-langkah keamanan, menyusul kekhawatiran
tentang potensi kekerasan milisi di sekitar perayaan revolusi Libia.
“Pada tengah malam 14-18 Februari, tidak ada yang akan diizinkan untuk menyeberangi perbatasan Libia antara Mesir atau Tunisia, sebagai tindakan pencegahan keamanan,” katanya kepada wartawan.
Pada 17 Januari, Libia akan menandai dua tahun sejak pemberontak bersenjata mengakhiri kekuasaan Moammar Kadhafi. Perayaan direncanakan dimulai pada 15 Februari. Banyak warga Libia, terutama di wilayah barat, menyerukan rakyat untuk turun ke jalan memprotes ketidakmampuan pemerintah untuk bergerak maju menulis konstitusi dan menyediakan keamanan dengan melucuti senjata milisi.
Masalah keamanan menjadi perhatian di bagian timur Libia. Kekerasan terhadap orang asing dan pembunuhan menjadi kejadian biasa dilakukan oleh milisi ekstrimis. Pada 25 Januari, Inggris mendesak warga negaranya untuk meninggalkan Benghazi.
Penerbangan ke Libia juga ditunda oleh maskapai Lufthansa dan Austrian sampai 17 Februari karena melihat ketegangan di negara itu. Keamanan di Tripoli dan Benghazi pun ditingkatkan dalam sepekan terakhir. [Reuters/D-11]
Comments
Post a Comment
, ,