Ungkapan Cinta Memenuhi Jalan Boston



Ribuan orang berkumpul menyalakan lilin dalam upacara memperingati Martin Richard, bocah berusia 8 tahun 
korban pemboman Marathon Boston,  di Garvey Park, Boston, Senin (15/4).
Tragedi pemboman Boston telah menimbulkan rasa takut dan duka cita bagi rakyat Amerika Serikat (AS). Namun atmosfer teror yang berusaha dibangun oleh pelaku pemboman tidak mampu meredam rasa cinta dan persatuan warga Boston terhadap para korban. Cinta dan kebersamaan telah memenuhi jalan-jalan Boston.
Lebih dari 1.000 orang menyalakan lilin di sebuah taman dekat rumah Martin Richard, bocah berusia 8 tahun yang meninggal dalam tragedi bom Maraton Boston. Upacara penghormatan digelar di seluruh kota Boston untuk menghormati tiga korban tewas dan 180 orang terluka dalam serangan bom di garis finish maraton, Senin (15/4). Banyak dari korban luka harus mengalami amputasi kaki setelah ledakan.
Seorang mahasiswa Tiongkok lulusan pascasarjana Universitas Boston, yang namanya belum diungkapkan, menjadi salah satu korban tewas pemboman. Satu orang lagi adalah Krystle Campbell, seorang manajer restoran berusia 29 tahun.
Richard telah menjadi wajah dari tragedi Boston. Foto Richard diselubungi dengan selimut di tengah lilin-lilin menyala.
Richard bersama ibu dan adik perempuannya berada dalam balapan untuk menyaksikan ayahnya melewati garis finish diantara 23.000 pelari lainnya. Richard dinyatakan meninggal di tempat, setelah ditemukan tersungkur bersimbah darah.
Adik Richard berusia 6 tahun, Janey, kehilangan satu kaki dan berisiko mengalami amputasi kedua. Sementara ibunya, Denise, menderita luka otak serius dan diharapkan dapat pulih.
“Anak terkasih saya, Martin telah meninggal karena luka yang diderita dalam serangan Boston. Kami mengucapkan terima kasih pada keluarga dan teman-teman, mereka yang kami kenal, mereka yang tidak pernah bertemu dengan kami, untuk pikiran dan doa mereka,” kata sang ayah. 

Ucapan Doa 
Penyalaan lilin dan doa diselenggarakan bagi sang bocah oleh teman-teman dan keluarga Richard, beberapa jam setelah insiden. Sebanyak 700 orang berkumpul mengucapkan kata-kata doa di Gereja Arlington yang terletak dekat tempat kejadian.
“Hari ini kami berkumpul di sini patah hati dan marah. Tapi cinta lebih besar dari amarah. Cinta lebih besar dari rasa takut. Cinta menang,” kata Pendeta Kim Crawford Harvie.
Sebuah band dan paduan suara menyanyikan lagu klasik Beatles “Let It Be” di tempat sekitar 500 orang berkumpul di dekat Boston Common, dekat lokasi kejadian.  Sebuah spanduk bertuliskan “damai di sini, damai di mana-mana” dipasang di sana.
Puluhan karangan bunga diletakkan di jalan Boylston dekat tempat bom meledak. Para peserta marathon ikut berkumpul di sana. Banyak dari mereka meneteskan air mata.
Polisi federal AS melakukan penyelidikan besar-besaran di lokasi kejadian. Pemboman Boston adalah insiden terburuk di AS sejak serangan 11 September 2001.
Polisi mengatakan dua bom diyakini disembunyikan di sebuah panci masak dalam sebuah tas punggung. Belum ada kelompok mengklaim bertanggung jawab atas ledakan, dan polisi juga belum bisa mengkonfirmasi bahwa pemboman itu adalah serangan teroris asing atau domestik. [AFP/ Daurina Lestari]

Comments

Popular Posts