Referendum Krimea: Pertarungan Kekuatan Rusia dan AS-Barat


Pada taggal 16 Maret nanti Krimea akan menggelar referendum untuk memilih bergabung ke Rusia atau tetap bergabung dengan Ukraina. Krimea, wilayah otonomi Ukraina dengan mayoritas penduduk etnis Rusia, menjadi pusat ketegangan menyusul terjungkalnya presiden Ukraina pro-Moskow, Viktor Yanukovich oleh kelompok oposisi yang pro Eropa dan Amerika Serikat. Pada akhir Februari, pemerintahan Kremia, yang pro Rusia, menyatakan merdeka dari Kiev. Parlemen Krimea pun meminta Presiden Rusia Vladimir Putin untuk “memulai prosedur” secara formal yang memungkinkan Krimea untuk bergabung dengan Federasi Rusia.

Konflik Ukraina ini merupakan krisis terburuk antara Timur (Uni Soviet) dan Barat (Amerika Serikat) sejak era perang dingin. Persaingan kekuatan antara Timur dan Barat pun kembali tersulut. Rusia telah menunjukkan posisinya tidak ingin melepas Krimea. Rusia, atas permintaan parlemen Krimea, mengerahkan ribuan tentara menduduki Krimea.

Amerika Serikat (AS) telah mengecam intervensi militer Rusia dengan melanggar kedaulatan Ukraina di Krimea. Presiden AS Barack Obama menyatakan akan memberikan sanksi kepada Rusia, bila rakyat Kriema memilih bergabung dengan Rusia. Wahington pun mulai melancarkan manuver dengan menggelar latihan militer bersama Rumania dan Bulgaria di Laut Hitam. Kapal perang AS USS Truxtun, kapal perusak berpeluru kendali, ambil bagian dalam operasi militer tersebut.

Krimea merupakan salah wilayah yang strategis di Eropa Timur karena berbatasan dengan Uni Eropa di Barat dan Rusia di Timur, serta Laut Hitam. Krimea adalah wilayah penting bagi Rusia karena salah satu pangkalan Angkatan Laut Rusia, Sevastopol, di Laut Hitam. Posisi strategis armada Rusia di sana sangat penting untuk keamanan Rusia di wilayah tersebut. Rusia sangat menginginkan Krimea bergabung dalam Federasi Rusia yang akan memperluas kekuasaan Rusia di Eropa Timur. Sudah menjadi rahasia umum berdirinya federasi Rusia merupakan ancaman bagi kubu Barat.

Ketegangan di Krimea memicu kekhawatiran negara-negara tetangga Ukraina akan kemungkinan pecahnya perang. Polandia meminta Pentagon mengirim jet tempur untuk ambil bagian dalam latihan bersama di Lask. Sedikitnya 12 jet tempur F-16 akan tiba di Polandia minggu ini bersama 300 personil militer.

Kanselir Jerman Angela Merkel pun memperingatkan Rusia akan kemungkinan potensi perang di Eropa Timur. Dia juga memperingatkan Rusia akan mengalami kehancuran besar baik ekonomi maupun politik jangka panjang, bila Rusia melanggar hukum internasional dengan menganeksasi Krimea.

“Jika Rusia melanjutkan langkahnya, maka itu akan menjadi kehancuran bukan hanya bagi Ukraina. Rusia seharusnya belajar dari kesalahan masa lalu.” ucapnya.

Merkel mengingatkan agar Rusia belajar dari masa lalu terutama terkait runtuhnya Tembok Berlin dan Perang Dunia I.

“Anda tidak bisa memutar ulang waktu. Konflik di Eropa pada abad ke-21 hanya dapat diselesaikan jika kita tidak menggunakan cara-cara abad ke-19 dan ke-20,” tambahnya.

Referendum Krimea pada Sabtu (16/3) akan menjadi jawaban sekaligus pengukuhan atas pertarungan antara Rusia dan Amerika Serikat-Eropa di wilayah Eropa Timur. Kembalinya Krimea ke Rusia tentu saja akan memperluas pengaruh Rusia di Eropa Timur, sesuatu yang tidak diinginkan AS. [D-11/Berbagai Sumber]


Comments

Popular Posts