Mengembangkan Ekonomi Digital Melalui Inovasi dan Fintech

Kafe BCA

Keberadaan ekonomi digital dan fintech semakin berkembang di Indonesia. Banyak bermunculan perusahaan-perusahaan start-up di Indonesia, mulai dari gojek, lazada, tokopedia, bukalapak, dan masih banyak lagi.

Lalu apa itu digital ekonomi?

Ekonomi digital adalah kegiatan atau transaksi ekonomi yang berbasis pada teknologi komputer digital. Keberadaannya ditandai dengan semakin maraknya berkembang bisnis atau transaksi perdagangan yang memanfaatkan internet sebagai medium komunikasi, kolaborasi, dan kooperasi antar perusahaan atau pun antar individu, seperti e-bisnis dan e-commerce.

Sedangkan fintech atau financial technology adalah layanan jasa keuangan berbasis teknologi. Saat ini sudah banyak bermunculan fintech yang memudahkan transaksi keuangan, seperti transaksi online, simpan dan pinjam uang.

Mulai banyaknya bermunculan e-business, e-commerce, dan perusahaan fintech di Indonesia menunjukkan bahwa dunia saat ini tengah beralih ke digitalisasi. Hampir semua kegiatan harian manusia bersinggungan dengan digital atau internet.

Mulai dari bangun pagi membaca pesan singkat dari akun whatsapp, memesan layanan transportasi online dari gojek untuk berangkat kerja, membeli makanan via online, hingga membeli snack pun melalui e-commerce.

Dunia yang semakin digital dan terkoneksi pun tak dapat dihindari, seluruh transaksi belanja kini beralih ke digital. Anda bisa menjual barang di Indonesia dan mendapatkan pembeli dari Amerika Serikat. Dengan internet, Anda bisa bisa membeli produk-produk di seluruh dunia dari Alibaba dan Amazon, dua raksasa e-commerce dunia.

Digitalisasi ini lah yang menjadi peluang untuk meningkatkan ekonomi nasional. Pemerintah Indonesia di era Presiden Joko Widodo ini memiliki sebuah visi besar dalam sektor ekonomi digital.

Jokowi menargetkan Indonesia menjadi kekuatan ekonomi digital terbesar di ASEAN pada 2020, dengan proyeksi nilai transaksi e-commerce mencapai US$ 130 juta pada tahun 2020.

Indonesia memiliki potensi besar menjadi penguasa ekonomi digital di Asia Tenggara, terima kasih berkat demografi Indonesia dan akses internet yang semakin luas ke seluruh nusantara. Menurut catatan Center for Human Genetic Research, pada 2016 Indonesia tercatat sebagai negara yang memiliki jumlah start-up tertinggi di Asia Tenggara, yakni 2.000-an.

Pada 2020, diperkirakan start up bertumbuh mencapai 13.000. Bank Indonesia menegaskan, selama 2016, para pengguna jasa perdagangan daring atau e-commerce tersebut telah membelanjakan US$ 5,6 miliar atau sekitar Rp 75 triliun. Jika dibagi per individu pengguna e-commerce di Indonesia rata-rata membelanjakan Rp3 juta per tahun.


Ekonomi digital pun menjadi hal menarik untuk dibahas dan menjadi sorotan para pelaku usaha. Beberapa lalu saya diundang PT Bank Central Asia Tbk untuk menghadiri Kafe BCA di kantor pusatnya Menara BCA, Rabu 13 September 2017. #KafeBCA ini membahas ekonomi digital.

Acara dihadiri oleh jajaran direksi BCA dan Pengamat Ekonomi, Faisala Basri, pelaku start-up Country Head and Director Ninja Xpress, Indra Wiralaksmana, dan Founder dan CEO DailySocial.id,
Rama Mamuaya. Serta para mahasiswa universitas nasional yang mendapatkan beasiswa BCA. 

Senior Executive Vice President of Strategic Information Technology BCA, Hermawan Thendean, mengatakan perkembangan teknologi dan digital di Indonesia sangat pesat. Pengguna smartphone atau ponsel pintar di Indonesia mencapai 92 juta orang. Angka ini akan semakin naik seiring dengan semakin murahnya harga ponsel pintar.

Selain itu sekitar 50 persen dari 240 juta penduduk Indonesia berusia 15-50 tahun. Mereka adalah kelompok orang yang bisa memanfaatkan digital untuk transaksi online sehari-hari.

"Ini suatu fenomena yang menurut kami, Indonesia sedang mengalami online experience (pengalaman online). Semua bagian digital di smartphone sudah menjadi gaya hidup, seperti memesan makanan online. Namun untuk transaksi perbankan masih kurang pemanfaatannya," ucapnya.

Sangat disayangkan literasi finansial atau akses masyarakat Indonesia ke perbankan sangat rendah. Berdasarkan data Bank Dunia pada 2014, indeks finansial inclusion atau persentase induvidu yang memiliki akun atau akses ke perbankan di Indonesia hanya mencapai 36,1 persen. Angka ini sangat rendah bila dibanding dengan negara-negara tetangga seperti Singapura, yang 96,4 persen penduduknya sudah memiliki akun perbankan, dan Malaysia dengan 80,7 persen. 

Hermawan mengungkapkan masih kurang pemanfaatan transaksi perbankan secara online dikarenakan sulitnya transaksi yang mewajibkan penggunaan PIN dan password. Ini yang menyebabkan milenial enggan menggunakan transaksi digital bank. Peluang ini yang dimanfaatkan oleh fintech.

"Oleh karena itu daripada bank dan fintech berjalan sendiri-sendiri, maka BCA melakukan kerja sama, sehingga fintech terhubung dengan sistem BCA," katanya.

Inovasi melalui digital

BCA pun tak ingin ketinggalan memberikan layanan perbankan berbasis digital sehingga dapat memberikan kemudahan pelayanan dan transaksi kepada nasabah. BCA mengeluarkan berbagai produk layanan berbasis teknologi yang memungkinkan nasabah menggunakannya secara aman dan nyaman. Yakni dengan meluncurkan Application Program Interface (API), yang memungkinkan para pelaku fintech atau pun e-commerce dapat terkoneksi dengan layanan perbankan BCA.

BCA juga mendukung pengembangan inovasi dan kreativitas berbasis digital dalam rangka akselerasi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Bagi para pelaku start up, BCA telah meluncurkan Central Capital Ventura (CCV). Lewat modal ventura tersebut, BCA akan menginvestasikan dana Rp200 miliar untuk para startup fintech yang diharapkan bisa membantu layanan finansial mereka.

Bulan depan, BCA turut mensponsori event Indonesia Knowledge Forum ke-6  yang mengambil tema utama “Elevating Creativity & Innovation Through Digital Collaboration” atau "Pengembangan Inovasi dan Kreatifitas Melalui Kolaborasi Digital". #IKF6

Direktur BCA, Henry Koenaifi, mengungkapkan, inovasi dan kreativitas merupakan tulang punggung dalam mendirikan usaha berbasis digital. Setiap orang bisa saja menjadi pelaku usaha rintisan berbasis digital, dengan mengandalkan kemudahan dan kemutakhiran perkembangan teknologi saat ini. Namun, tidak semua memiliki ide bisnis yang dapat memberikan nilai tambah bagi masyarakat dan memberikan keuntungan ekonomis untuk kesinambungan usaha.

“Kami mencermati perkembangan usaha rintisan belakangan ini sangat berkembang pesat dan BCA ingin agar setiap orang yang memiliki ide, inisiatif, inovasi, dan kreativitas dapat memanfaatkan perkembangan teknologi saat ini untuk menjadi entrepreneur,” ujar Henry.

Event ini akan diadakan pada 3-4 Oktober 2017 di Ritz Carlton Pacific Place, Jakarta. Selama dua hari ini, para pemangku kepentingan ekonomi digital akan hadir di sini. Akan ada 23 pembicara yang kompeten di bidangnya, baik dari dalam maupun luar negeri. Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, Rudiantara, sebagai keynote speaker.

Mereka akan berbagi ilmu, pengalaman, serta inspirasi dalam mengembangkan dunia bisnis berbasis digital, diantaranya Pengamat Ekonomi, Faisal Basri, CEO  PT McKinsey Indonesia. Philia Wibowo, Celebrity Investor, Ashraf Sinclair, Founder and Managing of Kejora Group, Sebastian Togelang. Serta, salah satu  menteri favorit saya Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, yang akan memberikan inspiring closing speech bertajuk “Leveraging Information and Technology for Sustainable Fisheries Management”.

Bagi kalian para profesional ekonomi digital, pelaku bisnis, serta para pemangku kepentingan di dunia digital dan ekonomi wajib hadir di acara ini. Pastinya event ini akan memberikan pengetahuan baru dan kesempatan untuk saling berbagi pengalaman bersama para pelaku-pelaku usaha ekonomi digital untuk mengembangkan bisnis mereka.

Bagi yang berminat datang bisa melakukan pendafataran via www.bcalearningservice.com. Informasi lebih lanjut bisa menghubungi BCA Learning Service 021 2556 3000 ext. 35612 /35611 / 35607 / 35679 atau melalui email bca_learningservice@bca.co.id.

 #KafeBCA #IKF6 #lebihbaik #semuaberes

Berikut daftar pembicara di Indonesia Knowledge Forum ke-6


 

Comments

Popular Posts