Gelombang Bom Kembali Mengguncang Irak

Bom mobil meledak di Khaldiya
[BAGHDAD] Gelombang pemboman terkoordinasi dan penembakan kembali mengguncang Irak, saat peringatan hari besar Muslim Syiah, Rabu (13/6). Tragedi itu telah menewaskan hampir 80 orang dan melukai lebih dari 250 lainnnya. Serangan terjadi ketika warga Syiah memperingati kematian Imam Musa Kadhim. Sasaran pemboman adalah para peziarah yang memperingati kekerasan Sunni-Syiah di Irak pada 2006-2007.

Rabu, sebanyak 10 bom meledak di Baghdad dan dua penembakan terjadi, membunuh 28 orang tewas dan puluhan lainnya terluka. Kantor Menteri Dalam Negeri telah mengkonfirmasi pemboman itu. Ledakan paling mematikan terjadi di pemukiman Karrada, tempat para peziarah sedang makan di tenda-tenda, saat mereka menuju pemakaman Imam Kadhim di utara Kadhimiyah.  

Serangan terkoordinasi juga terjadi di Kadhimiyah, sebanyak tujuh orang meninggal dan menyebabkan lubang dalam di sebuah jalan. Ledakan itu telah merusak mobil dan merusak rumah, serta membentuk lubang sedalam dua meter. 

Dua pemboman mobil juga terjadi di pusat kota Hilla, menewaskan 20 orang dan melukai 51 orang lainnya. Sepuluh orang lagi terbunuh dalam rangkaian serangan di Baquba.  

Di kota Kirkuk, tiga bom membunuh dua orang dan melukai 17 lainnya. Marwan Ibrahim, wartawan AFP, turut terluka akibat sebuah ledakan bom ketika sedang meliput peristiwa ledakan di Kirkuk.
Sementara dalam insiden lainnya, lima orang terbunuh dan 30 orang lainnya terluka dalam dua bom mobil di Balad. Rangkaian bom mobil di Al-Azizyah membunuh empat orang dan 24 orang terluka. 

Di selatan Baghdad, gerilyawan membunuh dua polisi dalam serangan terhadap pos pemeriksaan di dekat Fallujah. Seorang pegawai direktorat kesehatan di Heet turut terbunuh oleh magnetic bom.
Amerika Serikat (AS) mengutuk gelombang pemboman itu dan menawarkan bantuan untuk membawa mereka yang bertanggung jawab ke pengadilan. Utusan PBB untuk Irak, Martin Kobler juga mengutuk aksi pemboman itu.

Muslim Syiah dan aparat keamanan telah menjadi target utama kelompok bersenjata Sunni Arab, sejak invansi Irak oleh AS yang menggulingkan diktator Saddam Hussein dari rezim Sunni. Serangan Rabu terjadi di tengah upaya untuk menggulingkan Perdana Menteri Nuri al-Maliki. Oposisi telah menuding Maliki memonopoli pengambil keputusan dan bergerak menjadi diktator.

Maliki telah memperingatkan perbedaan politik secara negatif dapat mempengaruhi situasi keamanan. Blok Iraqiya, salah satu pihak yang mendorong penumbangan Maliki, menyerukan Maliki bertanggung jawab penuh untuk menegakkan keamanan.
Kekerasan di Irak telah menurun secara drastis sejak peristiwa kekerasan Sunni-Syiah pada 2006-2007. Serangan paling mematikan terjadi pada Mei 2012 lalu dengan korban 132 warga Irak tewas. [AFP/D-11]

Comments

Popular Posts